Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Remaja dan "Tong Kosong Nyaring Bunyinya"

Remaja adalah fase galau. Ia bukan lagi anak-anak, namun belum matang untuk disebut dewasa. Ia bercita-cita tampil dewasa, namun masih banyak yang belum dipelajarinya. Ia ingin dipandang tapi masih minim kualitas yang membuatnya dilihat orang.

Remaja sering kali sama dengan “Tong Kosong nyaring bunyinya”. Kita semua tahu bahwa pribahasa itu merujuk kepada orang yang banyak omong dan melebih-lebihkan penampilan tapi sebenarnya kosong dalamnya, sedikit kemampuan yang dipunya. Tak sedikit remaja yang membesarkan “Tong’’/Penampilan tapi tak peduli dengan isi yang kosong.

Banyak remaja meng-edit tampilan luar tanpa usaha memperbaiki isi dalam. Ada yang men-cat rambut, membesarkan suara knalpot motor, berkata kasar dan juga memakai anting serta parfum dengan jumlah banyak hanya agar ia “dianggap hebat”.

Jika kita amati di sekolah banyak siswa yang bersikap slengekan/soso agar merasa keren padahal selalu menempati sisi bawah nilai raport. Dan berkebalikannya, siswa yang cenderung pintar di sekolah tak merasa perlu tampil soso agar dipandang.

Semuanya kembali ke satu kata, yakni “CUKUP”. Para psikolog menyatakan perilaku negatif merupakan bentuk usaha mengganti suatu perasaan tertentu yang tidak didapat. Sebuah usaha mencukupkan sesuatu untuk menutupi kekurangan yang lain. Ibarat memakai pakaian mewah untuk menutupi perasaan malu karena punya penyakit kulit di badan.

Ada anak yang kurang perhatian membuat onar di mana-mana justru karena ingin perhatian. Ada anak yang “memoles” penampilan luar (memakai anting/cat rambut/mengeluarkan baju di sekolah) justru karena ia merasa kualitas dalam diri kurang. Ia merasa tak berharga diri maka memoles sesuatu yang bisa menutupi perasaan tak berharganya itu, yakni tampilan luar.

Sebaliknya, jika seseorang merasa cukup, ia tak perlu menutupi apa-apa. Bahkan cenderung berpenampilan apa adanya. Karena baginya, tampilan luar hanya tambahan, yang paling penting adalah kualitas diri.

Memperbaiki tampilan luar hanya memberikan perasaan berharga sesaat. Ia hanya merasa “berharga” saat ada orang sekitar yang melihat tingkah soso/kasarnya. Ketika tatapan itu hilang, maka hilang pula harga dirinya.

Ketika terbaring di tengah malam saat hanya ada ia dengan bantal gulingnya dan tak ada yang memandangnya, maka yang tetap muncul adalah rasa resah yang tidak ia tahu apa sebabnya. Perasaaan gelisah itu ada di sana di kala sepinya. Namun jika bersedia merendahkan hati dan egonya, ia akan tahu bahwa itu adalah resah bersebab merasa tak berharga.

Sebuah perasaan yang tetap ada di sana tak peduli seberapa keras ia menutupi-nutupinya. Sebuah perasaan negatif yang hanya akan hilang jika ia meningkatkan kualitas dirinya.

Oleh karena itu, semestinya masa remaja diisi dengan mengikuti kegiatan yang positif daripada sibuk berusaha agar dilihat orang dengan cara-cara yang salah. Karena jika kita meningkatkan kualitas diri, senang karena dipandang orang hanya bonus, yang utama adalah kebahagiaan mendalam di hati yang muncul dari perasaan bahwa dirinya berharga.

Mari Remaja dan Siswa, kita terus memperbaiki diri, mumpung masih muda.



-------Muhammad Ikbal

-------Guru BK SMKN 1 Sejangkung

ikbaldelima
ikbaldelima Acehnese || A Teacher || Guidance Counselor || Newbie Writers || Loves Books And Movies

Post a Comment for "Remaja dan "Tong Kosong Nyaring Bunyinya""