Eldest : Serunya Menjelajah Dunia Dongeng
Judul :
Eldest
Pengarang
: Christopher Paolini
Penerjemah
: Sendra B. Tanuwidjaya
Bahasa
: Indonesia
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama
Banyak
Halaman : 760
Terbit
: 2009
Serial
: Inheritance, buku ke 2
Genre :
Fantasy
.... tapi kau harus tetap optimis,
karena pandangan negatif lebih menghalangi daripada luka fisik manapun....
(Oromis: Hlm 320)
Perasaan kurang berminat muncul ketika melihat Eldest terpajang
di antara buku-buku di pameran buku sebulan yang lalu. Hal ini tidak lepas dari
kesan sedikit membosankan setelah membaca buku pertamanya, Eragon. Namun ketika
melihat buku setebal ini hanya dihargai RP, 35.000,- dan ada sedikit penasaran
dari lanjutan buku pertamanya, akhirnya buku inipun terbeli. Namun begitu, setelah
menutup lembaran akhir, kesan kurang menarik di buku pertama tidak menular ke
buku keduanya.
Eldest merupakan buku ke dua dari empat seri buku Warisan (Inheritance)
karangan pengarang muda bernama Christopher Paolini. Jika buku pertamanya,
Eragon, merupakan versi yang sedikit agak membosankan dan bertele-tele, buku
keduanya merupakan versi kebalikan dari buku pertama. Alur cerita berjalan
cepat dan benar-benar tidak membosankan.
Kalau pembaca pernah membaca buku The Lord Of The Ring, kita
akan menemukan banyak kesamaan tokoh. Dari mulai elf, kurcaci, manusia dan para
tokoh antagonisnya seperti Urgal, Ra’zak, Durza dan lain-lain. Oleh karenanya,
banyak yang bilang kalau buku ini tidak terlalu orisinil. Namun begitu, jalan
ceritanya menarik dan memiliki keunikan tersendiri.
Eldest bercerita mengenai perjalanan hidup Eragon dan Naganya
(Saphira) setelah perjalanan panjang dan pertempuran sengit bersama kaum Varden
untuk membasmi Urgal yang mencapai Farthen Dur. Bedanya, jika di buku pertama
porsi cerita Eragon lebih besar, Eldest memberikan porsi cerita lebih kepada
Roran dan pelarian penduduk Carvahal serta bergabungnya Nasuada dan Kaum Varden
ke Surda untuk bersama-sama memerangi Galbatorix.
Dalam Eldest, Christopher Paolini juga memasukkan tiga kisah
cinta unik yang membuat pembaca semakin menikmati buku ini. Kisah menjadi pelik
ketika Eragon, yang masih sangat muda sesuai dengan stardart umur panjang elf,
jatuh cinta pada Arya yang sudah berumur kurang lebih seratus tahun. Selain perbedaan
umur yang cukup jauh, hubungan Eragon dan Arya menjadi semakin rumit karena
cinta hanya akan mengacaukan masa latihan Eragon di Du Walverden yang merupakan
harapan terbesar agar ia cukup siap mengalahkan Galbatorix. Di sisi lain,Roran (sepupu
Eragon) mengalami tantangan yang rumit ketika kisah cintanya terhalang restu Ayah
Katrina dan dipersulit dengan kacau balaunya kehidupan penduduk Carvahall
karena kedatangan prajurit Galbatorix yang memburu Roran. Kisah cinta satu lagi
terjadi pada Naga Eragon, Saphira yang jatuh cinta kepada naga tua yang selama
ini dianggap tak pernah ada.
Eldest juga mampu menceritakan dengan baik dan menarik mengenai
sudut pandang para Elf yang berumur ratusan dan ribuan tahun ketika Eragon
berlatih bersama para Elf. Bagaimana mereka berumur panjang, kehidupan
tersembunyi mereka di hutan Du Walverden dan kebijaksanaan yang timbul sejalan
dengan bertambahnya umur dan berlalunya waktu. Sesekali di sela membaca,
terkadang heran juga bahwa ide-ide bagus dan keseluruhan cerita menarik di buku
ini dikarang oleh pengarang yang baru lulus SMU.
Banyaknya tokoh dalam buku ini sesekali memang membuat pusing
dan terpaksa mengingat kembali siapa tokoh yang dimaksud. Namun begitu, penulis
bisa dianggap sangat baik dengan memberikan porsi lebih kepada tokoh lain dan
tidak memberikan gambaran berlebihan mengenai Eragon dan lingkungan sekitarnya sehingga
menimbulkan kesan membosankan di buku pertama. Hasilnya keren, buku ini mampu
menarik pembaca untuk terus membaca dari halaman ke halaman dengan minim rasa
bosan. Walaupun ada ide-ide dalam buku ini tidak bisa begitu saja diterima
mentah-mentah (apalagi yang masalah ketuhanan, subjektif dikit), saya banyak
kagum akan kedewasaan ide yang disampaikan pengarangnya.
Selain itu, konflik-konflik yang sering muncul karena
ketidakmampuan dan keterbatasan kondisi fisik eragon dan kesalahan yang
dialaminya di masa lalu menambah nilai greget
buku ini. Ditambahnya porsi cerita bagi tokoh lain pun dilakukan
pengarangnya dengan baik. Penggambaran kisah tokoh lain tidak hanya sebagai
selingan dan membuang-buang waktu karena tokoh-tokoh selain eragon ini juga memiliki
pengaruh yang penting terhadap alur cerita. Pokoknya, jempol deh buat Eldest.
Karena buku ini keren dan rasanya nilai 5 terlalu sempurna,
maka buku ini saya kasih nilai 4,5 dari 5. Wah, Jadi Gak sabar nunggu
kelanjutan novelnya. Selamat membaca.
Post a Comment for "Eldest : Serunya Menjelajah Dunia Dongeng"