Review Novel Harry Potter dan Batu Bertuah
Sumber: id.pricepedia.org |
Judul :
Harry Potter dan Batu Bertuah
Pengarang
: J.K. Rowling
Alih
Bahasa : Listiana Srisanti
Bahasa
: Indonesia
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama
Banyak
Halaman : 384 ; 20 cm
Terbit
: 2000 (Cetakan Ke-20, April 2006)
Serial
: Harry Potter, buku ke 1
Genre :
Fantasy
Ada hal-hal tertentu yang tak bisa dialami bersama tanpa kalian jadi saling menyukai, dan membuat pingsan troll gunung setinggi lebih dari tiga setengah meter adalah salah satunya (Hlm 224)
Kejadian tragis yang menimpanya ketika masih berumur satu
tahun membuat harry tak ingat apa-apa tentang penyebab kedua orang tuanya
meninggal. Bahkan, ia tak ingat siapa dirinya sebenarnya karena tinggal jauh
dari dunia para penyihir setelah kejadian mengenaskan itu. Dan tinggal bersama
keluarga kakak ibunya yang semuanya muggle
membuat Harry Potter tak tahu bahwa ia sangat terkenal di dunia penyihir
sebagai anak laki-laki yang bertahan
hidup dari keberingasan Voldemort.
Hidup sepuluh tahun di dunia muggle tak mudah bagi Harry. Apalagi ia tinggal dengan keluarga
adik ibunya yang benci kepada omong kosong tentang sihir dan bahkan benci
kepada Ibu Harry Potter sendiri. Oleh karenanya, Harry hampir tak percaya ketika
“omong kosong” tentang dunia sihir dan fakta yang terkubur selama sepuluh tahun
belakangan mulai kembali menerangi hidupnya yang kelam.
Dan disitulah Harry beberapa bulan kemudian, duduk bersama
Ron dalam kompartemen kereta api yang membawanya ke Hogwarts. Keluarga Dursley
(Kakak Ibu Harry) tentu tak berani membantah Hagrid yang berbadan sangat besar
dari kebanyakan orang untuk membawa Harry ke sekolah sihir paling terkenal itu.
Awal mulanya, di Hogwarts, semua berjalan biasa saja bagi
Harry Potter. Kehidupan barunya dihiasi dengan tawa dan benci ala anak kecil
dengan teman barunya, Ron, Hermione dan Neville Longbottom. Sesekali mereka
terlibat perseteruan dengan Drago Malfoy (siswa bengal dan tukang bully) dan
Snape (salah satu guru mereka). Namun, “kehidupan biasa” Harry Potter menjadi
semakin menarik dengan tingkah heroiknya bersama Ron dalam menyelamatkan
Hermione dari Troll yang menerobos masuk Hogwarts. Sesaat setelah itu, label teman
yang satu sama lain melekat pada Harry, Ron dan Hermione berubah menjadi label
sahabat.
Namun, masuknya Troll ke Hogwarts hanyalah permulaan. Setelah
itu, banyak peristiwa aneh yang memancing heran bagi Harry, Ron dan Hermione.
Tentang kecurigaan mereka atas sikap Profesor Snape yang berusaha membobol
ruang rahasia untuk mendapatkan Batu yang mampu membuat abadi pemiliknya. Hal
inipun diperparah dengan sikap menekan dan mengancam Snape atas guru lainnya,
Profesor Quirrell, yang turut membangun jebakan bagi orang yang berusaha membobol
ruang rahasia itu. Kecurigaan ketiganya tehadap Snape turut diperparah dengan
sikap Profesor Snape yang membenci Harry. Bahkan ada
indikasi dia berusaha mencelakai Harry Potter dalam Pertandingan Quidditch.
Di lain tempat, banyak yang ragu bahwa Voldemort telah
benar-benar mati. Bahkan Harry Potter dan kedua temannya curiga bahwa usaha
pencurian Batu Bertuah yang ajaib itu ada hubungannya dengan hasrat Voldemort
untuk kembali hidup dan berkuasa.
Lalu, bagaimanakah kisah selanjutnya? Bagaimana bisa Harry,
Ron dan Hermione yang merupakan siswa kelas satu bisa terlibat dalam melawan intrik
jahat pendukung Voldemort untuk menempatkan Tuannya kembali sebagai penguasa
kegelapan? Berhasilkan ketiganya menangkap basah dan mencegah Snape mencuri
Batu Bertuah demi kepentingan Voldemort itu? Seperti apa pertualangan seru
ketiganya dalam melewati berbagai jebakan yang dipasang dalam ruang rahasia
untuk mengejar dan menghentikan si pencuri batu bertuah? Baca selengkapnya di Harry Potter dan Batu Bertuah.
****
Mungkin saya termasuk telat dalam “mengkonsumsi” Harry Potter dan batu Bertuah. Padahal, novel
karangan J.K. Rowling ini sudah terbit 16 tahun yang lalu. Dari 7 bukunya, saya
baru membaca buku ketiga dan yang terakhir. Saya duluan menonton film layar
lebarnya dan sedikit “bingung” dengan cerita di Filmnya. Apalagi permainan
mengejar bola terbang pakai sapu, betul-betul gak ngerti. Dan setelah membaca
novelnya, saya baru paham bagaimana permaianan itu dimainkan dan bahkan saya paham
alur cerita dengan pasti. Serius, membaca novelnya lebih seru daripada nonton
filmnya.
Harry Potter dan batu
Bertuah membuat saya
kagum dengan kemampuan J.K Rowling untuk “lepas” dari perspektif orang dewasa dan
mampu menciptakan karakter yang benar-benar kanak-kanak. Kadang, pembaca bisa
dibuat tawa dengan ketidakmampuan Ron dalam melihat kebijaksanaan khas orang
dewasa pada Albus Dumbledore. Sikap selalu mau tau urusan orang lain pada Harry
Potter benar-benar digambarkan realistis oleh J.K. Rowling, beserta alasan logis
dan kecerobohan yang sangat sesuai bagi anak kelas satu. Pada Hermione,
karakter sok pintar dan cerewet juga mampu digambarkan dengan baik. J.K Rowling
berhasil menampilkan karakter yang realistis dan terhindar dari kebiasaan sebagian
penulis yang biasanya menggambarkan tokoh utamanya dengan kepribadian yang
sangat sempurna.
Nilai lebih dalam buku ini juga terletak dari cerita yang
dibangun. Hasrat alur cerita detektif bagi pecinta novel misteri juga dapat terpenuhi
dalam Harry Potter dan Batu Bertuah.
J.K Rowling sangat pintar dalam menutup tokoh jahat sebenarnya sepanjang cerita
dan membuat pembaca kaget dengan siapa sebenarnya tokoh jahat diakhir cerita.
Di lain sisi, berbagai nilai positif dan kesetiaan dalam
persahabatan juga mampu disajikan Rowling dengan minim kalimat menggurui. Di
akhir cerita, pembaca akan mendapati pelajaran berharga dari tiga tokoh utama
tanpa meninggalkan kesan bahwa ketiga tokoh utama merupakan anak kecil sok tau
yang berusaha menggurui pembaca.
Kehadiran berbagai makhluk mistis dan ajaib juga mampu
membuat pembaca tegang dan merinding layaknya membaca novel horor. J.K. Rowling
sangat lihai membuat pembaca tegang di satu saat dan tertawa terbahak-bahak
detik kemudian dari tingkah lucu Harry, Ron dan Harmione selaku tokoh utama. Saya
sangat suka dengan sikap sarkasme yang seringkali ditampilkan Ron.
Akhir cerita, buku ini layak dibaca bagi setiap umur. Bahkan kenyataannya,
J.K. Rowling awalnya merencanakan Novel Harry Potter untuk golongan anak-anak,
namun karena kalangan dewasa juga memiliki minat yang besar pada novel ini,
penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan pun dimasukkan dalam cerita demi
kepentingan pembaca dewasa. Awalnya, saya ingin menaruh kritik pada novel ini,
tapi sampai pada paragraf terakhir ini, saya belum bisa menemukan kekurangan
yang menonjol untuk ditulis. Jadi mohon dimaklumi jika artikel ini kelewatan dalam
memuji. Karena berbagai kelebihan di atas, saya beri nilai 5 dari skala 5 untuk
Harry Potter dan Batu Bertuah.
Bagusss
ReplyDelete