Review Buku: Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat
Judul Asli : The Subtle Art
Of Not Giving A Fuck
Judul
Terjemahan : Sebuah Seni
Untuk Bersikap Bodo Amat
Pengarang : Mark Manson
Alih Bahasa : F. Wicaksono
Penerbit : PT Gramedia
Pustaka Utama
Banyak
Halaman : 246 Halaman
Cetakan : XXXIII Januari 2020
“Kita
bertanggung jawab atas hal-hal yang bukan kesalahan kita. Inilah bagian
kehidupan” hlm 116
Pertemuan Awal
Ketika
melihat buku ini di Gramedia kawasan Matraman, Jakarta Timur, saya tergelitik
dengan judulnya, sebuah seni untuk bersikap bodo amat. Saya
mikirnya, buku ini pinter banget milih judul untuk pembeli yang lagi punya
masalah hidup. Siapa sih yang gak mau diajarin bersikap “bodo amat” di
tengah dunia carut marut nan bikin pusing ini?
Waktu itu
rasanya ada yang ganjal di hati untuk
beli buku ini. Saya gak beli bukan karena gak punya masalah hidup tetapi
judulnya mengingatkan saya pada buku-buku dengan judul wah tapi isinya ancur.
Pikir saya, dari pada rugi duit, bagusan gak usah beli.
Pun ketika
saya berkesempatan ke Gramedia di Pontianak 2 tahun kemudian, saya beli buku
ini karena request istri. Saya masih belum tertarik dan pingin beli buku lain, apa aja yang
penting bisa ngehibur dan tambah ilmu baru.
Faktanya,
saya membaca sebuah seni untuk bersikap bodo amat karena
terpaksa. Pertama, karena buku yang saya beli udah tamat. Kedua, wabah Corona
bikin saya kehilangan beberapa kesibukan.
Dan ketika
buku ini berhasil bikin saya berkaca-kaca di bab terakhir, saya sadar kalau
saya sudah salah menilai buku dari covernya. Dan bisa dibilang, buku ini adalah
salah satu buku terbagus yang saya baca beberapa tahun terakhir.
The Review
Membaca tulisan
Mark Manson itu seperti nonton Ryan Reynolds dalam film Deadpool. Mark Manson layaknya seorang Stand Up Comedian yang sedang mengkritik anehnya jalan pikir audience. Sebuah
Seni Untuk Bersikap Bodo Amat ditulis dengan lucu, kasar, dan apa
adanya. Dan menariknya, gaya penulisannya ini justru terasa seperti mendengar
dia bertutur di samping kursi daripada seperti membaca tulisan penulis untuk para pembacanya.
Masa bodo dalam
buku ini bukan mengajarkan kita cara untuk tak peduli, melainkan hanya
menempatkan kepedulian pada hal yang patut dipedulikan. Dari pada mengajarkan
kita untuk masa bodo dengan dunia luar, Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat
justru lebih menekankan pentingnya memahami masalah sebenarnya di balik
tampilan luar permasalahan kita, yakni nilai dan pandangan salah yang kita anut
selama ini.
Dunia
zaman sekarang dipenuhi dengan pamer dan glamor. Banyak banget “kesempurnaan”
yang kita liat di media sosial dan TV. Tiap hari, 24 jam kita disuguhkan orang-orang
cantik, kaya dan keren di luar sana. Apa yang kita lihatpun menjadi standar kebahagiaan.
Andai aku bisa cantik, pasti aku bahagia. Andai orang tuaku seperti temanku di update-an
instagramnya, hidupku pasti gak sengsara ini. Andai aku punya mobil, pasti aku gak
semerana ini.
Tapi menurut
Mark Manson, target kebahagiaan itu juga masalah. Banyak yang merasa kosong
ketika kebahagiaan didasarkan pada pencapaian target tertentu. Ada orang yang pasang
target bahwa ia akan bahagia jika punya rumah, tapi ternyata ketika punya rumah, justru rumah itu tak
terlalu membuatnya bergairah. Yang ada mungkin ratapan lanjutan dengan
pengandaian jika ia memiliki mobil maka akan bahagia.
Sebuah Seni
Untuk Bersikap Bodo Amat mengajarkan kita bagaimana tetap hidup
dan bergairah meskipun sebuah target tercapai.
Anehnya,
buku ini seperti menanamkan ide yang berlawanan dengan ide pengembangan diri
yang biasa kita baca. Buku cetakan ke-33 ini memberikan bab-bab dengan judul
seperti: Jangan Berusaha, Kebahagiaan itu Masalah, Anda Tidak Istimewa dan
lain-lain.
Di bab
pertama, saya hampir menyematkan lebel “buku aneh” untuk karya Mark Manson
ini. Tapi ketika saya baca lebih lanjut, buku ini justru memberikan penjelasan
mencengangkan tentang betapa anehnya kita dan sebagian dari kita dalam
berpikir.
Sebagai contoh,
Mark Manson malah menganggap merasa istimewa Itu penyakit. Sejak dulu kita
diajarkan untuk merasa istimewa agar tak merasa rendah diri, masak tiba-tiba
dibilang kita sama sekali gak istimewa? Namun penjelasannya bikin kaget sekaligus
mencerahkan.
Saya gak
mau spoiler lebih lanjut tentang buku ini, tapi Sebuah Seni Untuk Bersikap
Bodo Amat mau tak mau membuat saya banyak meng-uninstall pandangan
hidup yang saya anggap benar selama ini dengan meng-install sebuah nilai
baru yang benar adanya, bukan sebuah anggapan.
Sebuah Seni
Untuk Bersikap Bodo Amat mampu
mencabik-cabik prinsip yang selama ini saya anut.Udah jarang betul saya mendapatkan
suatu informasi baru dalam buku yang membuat saya mikir lama.
Membaca Sebuah
Seni Untuk Bersikap Bodo Amat rasanya seperti naik roller coaster.
Terkadang Mark Manson memaki pembaca, ada kalanya ia sarkastik, di banyak tempat
ia menyajikan fakta lucu dan di beberapa tempat lain menyajikan kisah haru dan luar
biasa.
Karena menarik
dan luar biasanya kisah yang disampaikan, saya sampai penasaran sendiri. Misalnya
di cerita Letda Hiroo Onoda, saya sampai membuka google untuk memastikan orang
dengan kisah luar biasa ini memang benar-benar pernah ada.
Membaca karya Blogger kenamaan ini seperti mendengar kuliah psikologi dari dosen nyentrik. Ia membawa kita untuk melihat dan menilai diri sendiri apa adanya, bukan atas standar palsu yang tampak di luar bagus tapi sebenarnya merusak. Kapan lagi kita bisa memahami teori psikologi dengan pendekatan Stand Up Comedy?
Membaca karya Blogger kenamaan ini seperti mendengar kuliah psikologi dari dosen nyentrik. Ia membawa kita untuk melihat dan menilai diri sendiri apa adanya, bukan atas standar palsu yang tampak di luar bagus tapi sebenarnya merusak. Kapan lagi kita bisa memahami teori psikologi dengan pendekatan Stand Up Comedy?
Akhirnya....
Ketika
lembar terakhir dibalik dan buku ditutup, saya ngerasain suatu perasaan yang
sama ketika nonton film Ford v Ferrary-nya Matt Damon atau film
Changeling-nya Angelina Jolie. Buku ini dan film-film itu membeberkan fakta
bahwa hidup itu menyebalkan bersamaan dengan penjelasan manusiawi bahwa jika
kita memilih nilai/pandangan yang tepat, kita akan ikhlas menerima semuanya dan
menjalani hidup bahagia.
Ketika
film itu menutup layar dan lembar terakhir buku ini ditutup, ada fakta
menyesakkan tentang kehidupan, yang anehnya diterima dengan lapang dada dan
gairah membuncah. Sebuah seni untuk bersikap bodo amat berusaha menanamkan
ide di kepala pembacanya bahwa “Hidup itu memang menyebalkan, so what?”
And it’s
work for me!
Post a Comment for "Review Buku: Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat"