Denial, Yahudi dan Teori Flat Earth
Peta Bumi Datar |
“Jangan terlalu banyak nonton TV,
itu kerjaan yahudi yang mau membohongi kita!” ujarnya dengan nada keras, “kita
tertinggal begini sebab kerjaan mereka,” pungkas guru ngaji saya waktu kecil.
Akrab dengan pernyataan seperti di atas? Semakin berkembangnya zaman dan
bertambah kompleksnya topik yang dibahas, pernyataan serupa semakin melebar dan
berkembang. Bedanya, sekarang yang menjadi sasaran tuduhan
penyebab diri ini dan kelompok sendiri melarat dan sengsara bukan lagi hanya yahudi, melainkan meluas dengan melibatkan beragam kelompok dan individu seperti Negara-negara Barat, AS, China bahkan Jokowi. Jarang sekali kita
mendengar ucapan yang menekankan intropeksi diri. Pada pernyataan guru ngaji
saya di atas, sikap kehatian-hatian memang merupakan ajaran agama yang tidak
bisa disalahkan, tapi tanpa intropeksi diri dan usaha mengubah nasib, maka ada
ketimpangan logika yang digunakan.
Kebiasaan itu membuat kita
terlatih dari kecil untuk mempercayai teori konspirasi. Jika ada sesuatu yang
salah tengah menimpa diri atau kelompok, insting konspirasi bermain. “Pasti
mereka yang membuat aku dan kelompokku sengsara begini”, begitu kiranya bunyi
kecurigaan batin. Maka jangan heran, jika keadaan selalu begini saja
berpuluh-puluh tahun sesudahnya. Karena mental yang tercipta bukan mencari
penyebab kesalahan dari diri sendiri sehingga bisa diperbaiki kedepannya, melainkan
menyalahkan orang lain dan hanya berharap orang lain itu tertimpa azab. Sungguh
kita dilatih untuk tidak bertanggungjawab atas apa yang terjadi pada diri
sendiri sejak kecil.
Enggannya intropeksi diri ini
mengindikasikan bahwa yang bersangkutan malas berpikir, sesuatu yang salah
dengan mudahnya dlampiaskan ke orang lain. Malasnya berpikir ini juga menjadi
penyebab kenapa seseorang dengan mudah menerima teori konspirasi. Yang tengah
panas-panasnya teori konspirasi di media sosial sekarang adalah teori flat earth (bumi datar). Siapa yang
tengah disalahkan oleh para pecinta teori bumi datar ini? Siapa lagi kalau
bukan Amerika dengan NASA-nya.
Apa alasan mendasar para pecinta
teori konspirasi untuk mempercayai teori bumi datar di abad ke 21 ini? Alasannya,
“bahwa kami sebenarnya tidak bodoh, merekalah yang licik dengan merekayasa ilmu pengetahuan untuk
membuat seolah-olah mereka pintar”. Ketika saya menonton video flat earth yang banyak tersebar di Youtube, yang saya dengar hanya poin-poin
tentang kejanggalan-kejanggalan dan keanehan teori bumi bulat tanpa satupun
konfirmasi ke salah satu ahli astronomi. Padahal, ilmu astronomi tidak hanya
milik amerika, di Indonesia sendiri sudah banyak jurusan ilmu astronomi di
bangku perkuliahan. Lalu, kenapa jauh-jauh mencibir Amerika jika di Indonesia
sendiri banyak yang mempelajari ilmu ini. Kenapa malas bertanya? Yang pernah saya lihat justru sebaliknya. Ketika kelompok pendukung teori flat earth berkunjung ke LAPAN (Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional), mereka tidak mempublikasikan hasil
pertemuan dengan LAPAN. Jutru pihak LAPAN sendiri yang mengupload video
pertemuan mereka dengan kelompok pendukung teori flath earth (bumi datar). Jika setelah diskusi merasa benar, mestinya di-publish kan hasil pertemuannya?
Secara tidak sadar, dengan
mengakui teori flat earth, kita
menjadi pribadi yang denial. Menyangkal
bahwa diri kita bodoh dan malas berpikir dengan menyalahkan sikap pihak lain
yang membodoh-bodohi orang lain. Logika denial
yang digunakanpun cukup tanggung. Pendukung flat
earth menyalahkan NASA yang mencoba menutup-nutupi ilmu pengetahuan. Tapi pernahkah
mereka sedikit saja berpikir, bahwa kemajuan teknologi luar angkasa
bukan saja milik Amerika saja. Ada Rusia (dulu Uni Soviet) yang merupakan musuh
besar AS dalam misi luar angkasa juga menganut teori bumi bulat. Belum lagi China,
Jepang dan negara-negara lain yang memiliki misi luar angkasa. Pernahkan teori
bantahan bumi bulat dikonfirmasi langsung ke ahli astronomi, atau cukup merasa “tercerahkan”
karena video di youtube? Belum lagi ketidakpercayaan penganut teori flath earth tentang keberadaan satelit
di angkasa. Secara tidak langsung, mereka juga menyalahkan ratusan negara
karena telah berbohong mengeluarkan banyak uang negara untuk mengorbitkan
satelit, termasuk Indonesia. Kurang kerjaan sekali kayaknya.
Tentu ada kejadian (baik atau
buruk) di dunia ini yang disebabkan manupulasi kelompok atau negara tertentu. Tapi
tetap saja, menyalahkan orang lain atau kelompok tertentu tanpa intropeksi diri
itu salah. Sungguh subjektif, jika hanya dari video yang beredar di youtube, kita menyangkal beragam kemajuan teknologi dan peradaban hanya untuk membenarkan hasrat diri yang berbunyi, "Tuh kan, mereka memang penipu semua!" Apalagi alasannya hanya karena dengan menyalahkan orang lain, maka
perasaan cemas karena ketidakmampuan diri menjadi hilang.
Post a Comment for "Denial, Yahudi dan Teori Flat Earth"