Cinta, Jodoh dan Remaja
Cinta dan daya
tariknya
Cinta merupakan suatu hal yang
lumrah bagi semua manusia, termasuk remaja. Bagi sebagian orang, cinta
merupakan pewarna kehidupan. Karena cinta, seseorang bisa menangis saat ini dan
tertawa lima menit kemudian. Karena cinta, lelaki gemulai berusaha gagah.
Karena cinta, perempuan urakan berusaha tampil mempesona.
Cinta pada remaja dan permasalahannya
Namun seringnya cinta bagi
seorang remaja bukannya membuat ia menjadi lebih tenang dan dewasa, melainkan sering
membuat gundah gulana. Mungkin tak asing lagi di telinga kita seorang pasangan
remaja yang bertengkar hanya karena pasangannya tak mengirim SMS. Atau seorang
lelaki yang memaki teman perempuannya yang kebetulan dilihatnya berbicara
dengan laki-laki lain di pinggir jalan. Atau pada level yang lebih tinggi lagi,
seorang pemuda yang menenggak racun tikus hanya karena sang pacar menambatkan
hatinya ke pemuda lain.
Pada tingkatan sekolah, banyak
guru yang mengeluhkan beberapa sikap siswanya di sekolah yang sering disebabkan
oleh kasus percintaan. Kegalauan dalam percintaan sering kali membuat siswa tak
konsentrasi belajar dan menurunkan nilai hasil belajar. Tidak berhenti pada
efek tak konsentrasi belajar, efek pacaran ini pun melebar ke sikap di sekolah seperti
berkelahi memperebutkan pacar, ketahuan berciuman di sudut-sudut sepi sekolah, dan
banyak kasus lainnya.
Pada aspek life stlye, gaya remaja pun cukup memusingkan orang dewasa baik itu
guru maupun orang tua. Banyak remaja yang
berusaha tampil segaya mungkin untuk menarik perhatian lawan jenisnya.
Kasus-kasus seperti pelajar putri dan putra yang mengecat rambutnya menjadi
warna agak kemerah-merahan menjadi tren di kalangan remaja. Pemakaian make up dan berbagai hiasan di tubuh
menjadi semakin berlebihan. Dan tingginya life
style ini juga seringkali memancing efek buruk lainnya seperti
ketidakharmonisan anak dan orang tua karena orang tua tak sanggup memenuhi
tuntutan gaya hidup life style tinggi
anaknya. Perilaku merusak lain pun mucul seperti perilaku mencuri dan memalak
untuk memenuhi kebutuhan yang cukup tinggi itu.
Cinta monyet tak semanis sinetron TV
Keberadaan cinta dalam dada
remaja menjadikan cinta sebagai pusat di dunia bagi biduan cinta. Selain Si
Dia, semuanya menjadi nomer dua. Jika tak diberi kabar, kita gundah gulana luar
biasa. Jika ia sedih, kita menjadi gusar tak terkira. Jika ia marah, hati hancur
berkeping tak bersisa. Akibatnya, semua menjadi nomer dua. Pekerjaan Rumah
menjadi terabaikan karena kita merasa bertugas memberikan perhatian kepadanya.
Nasehat orang tua menjadi kalah merdu dibandingkan curhat dan segala keluh
kesahnya.
Padahal cinta remaja tak semanis
itu. Perhatian pacar mungkin saja membuatmu menjadi ratu dunia. Kasih sayangnya
bisa saja membuatmu menjadi laki-laki paling beruntung di jagat raya. Tapi
ingat, kebesaran cinta bukan dibuktikan dengan senyum terimakasihnya yang
berbalut lipstik merah merona. Melainkan oleh kesetianmu bahkan ketika bau
kentutnya sungguh menohok bulu hidung. Cinta bukan tentang bermanis dan tertawa
ria, melainkan melewati ujian bersama-sama dengan penerimaan akan kekurangan
fisik dan jiwa masing-masing.
Maka tak perlulah mengangungkan
cinta masa muda dengan segala keinginan untuk tampil sempurna. Karena yang romantis
itu bukan ketika kamu melenggak lenggok dengan Si Dia di pusat belanja dengan
wangi perfume mahal, pakaian cemerlang dan dompet tebal. Romantis itu ketika
kamu masih mau bersamanya bahkan ketika kamu tau kalau suara dengkurnya sungguh
menggelegar dan bulu hidungnya sesekali menampakkan kotoran hijau, seperti
mamak dan bapakmu itu. Sanggupkah kau menjalani hubungan bertahun-tahun seperti
para orang tua itu? Bahkan ketika kebosanan karena selalu memandangnya selama
24 jam penuh?
Menjadi sama dengan pasanganmu
Maka bagi kamu yang berusia
remaja, yang terpenting sekarang bukan bagaimana membahagiakan pacar mu sejam
dua jam ketika kalian berjumpa, melainkan mempersiapkan diri untuk bersamanya
24 jam dalam puluhan tahun ke depan. Yang terpenting bukan berusaha tampil
sempurna sesaat dengannya, melainkan mempersiapkan diri untuk berumah tangga
bersama-sama. Pilihan ada di tangan, ingin memilih menyibukkan diri dan
bergalau ria dengannya di masa muda, atau meninggalkannya dan mempersiapkan
diri untuk belajar menjadi pasangan yang bersikap dewasa.
Karena bagaimana kamu, begitulah
pasangan mu. Maka tak salah hadist nabi yang mengatakan lelaki baik untuk
wanita baik dan begitu juga sebaliknya. Contoh misalnya, lelaki hidung belang
akan bertemu dengan pasangannya yang suka umbar badan. Lelaki hidung belang berkeinginan
untuk melihat wanita dengan segala lekuk badannya, dan yang suka memamerkan
badan lah yang menjadi jodohnya. Bagi wanita yang suka mengumbar badan, tentu
tak akan didekati oleh lelaki yang menghargai wanita, melainkan didekati oleh
lelaki yang butuh pelampiasan nafsu. Akan selalu ada hubungan timbal balik. Bagaimana
kita menampilkan diri akan mengundang lawan jenis yang menyukai penampilan kita
itu. Begitu juga sebaliknya. Oleh karenanya, memperbaiki diri merupakan fokus
utama di masa remaja dengan segala aktifitas pembelajarannya untuk menjadi
dewasa.
Meningkatkan diri standar calon pasangan
Ratusan atau bahkan ribuan tahun
lalu, ada kriteria tertentu yang umumnya menjadi patokan utama dalam memilih
pasangan hidup. Umumnya, lelaki pada masa itu menginginkan wanita yang cantik
parasnya. Mendapatkan wanita cantik merupakan kebahagian tersendiri bagi para
lelaki. Maka pada saat itu, beruntunglah perempuan berparas cantik. Bagaimana
sifat si wanita tak penting karena di masa lalu, derajat wanita memang di
pandang rendah sehingga harus mematuhi segala keinginan lelaki. Sedangkan bagi
perempuan, lelaki yang menjadi idaman adalah lelaki yang berbadan sehat dan
kuat. Fungsinya adalah sebagai modal utama untuk melindungi keluarga dari
serangan binatang dan manusia lain. Hal itu terjadi karena hukum alam masih
berlaku saat itu.
Kriteria umum akan calon pasangan
seperti yang telah dijelaskan di atas memang masih ada hingga sekarang, namun
kriteria itu sudah melebar dan kompleks pada saat ini. Pertama, Jika dulu yang penting
sang wanita cantik, zaman sekarang cantik fisik saja tidak cukup. Apalagi dengan
kemajuan zaman dan posisi perempuan yang semakin membaik di mata lelaki, wanita
menjadi semakin bebas dalam bergerak dan bersikap. Wanita tak lagi menjadi mahluk
suci yang hanya tinggal di rumah, melainkan sudah menjadi seperti lelaki yang
terpapar lingkungan dan kemajuan zaman. Oleh karenanya, acuan utama para lelaki
tak hanya tampilan fisik, melainkan juga bagaimana sifatnya. Tentu menjadi suatu
perkara yang besar jika calon istri tak memiliki sifat yang diinginkan lelaki dalam
membangun rumah tangga bersama-sama. Kedua, jika di masa lalu perempuan
menjadikan kebugaran dan kekuatan tubuh laki-laki sebagai fokus utama untuk
melindungin dirinya dan anak-anaknya, kriteria saat ini berubah. Bentuk perlindungan
bagi keluarga di zaman sekarang tak lagi mengandalkan otot, melainkan
mengandalkan uang. Dengan uang, lelaki bisa melindungi dan merawat keluarganya
dengan membangun rumah dan pagar sebagai pelindung keluarga dari berbagai hal. Dengan
uang, bahkan otot orang (bodyguard)
pun bisa di sewa. Itu untuk hal perlindungan di dunia. Untuk perlindungan di
akhirat nanti, perempuan juga butuh perlindungan. Tentu akan menjadi masalah
nantinya, jika calon imam atau suami merupakan orang yang tak paham agama. Bagaimana
dia bisa melindungi istri dan anak-anaknya di akhirat nanti, jika sang lelaki tak
bisa melindungi diri sendiri?
Oleh karenanya, yang terpenting
adalah meningkatkan kualitas diri, bukan mencoba belajar menjadi “ummmi abi”
atau “mamah papah” yang tak pada waktunya. Dengan meningkatkan kualitas diri, standar
pasangan pun menjadi tinggi. Bagi wanita, jadilah pribadi yang menjadi idaman
bagi calon suami harapan. Bagi lelaki, bersiap dan belajarlah menjadi pelindung
istri idaman dan keluarga baik saat ini maupun di akhirat nanti.
Sambas,
16 September 2016. 08:59 PM
Tulisan ini
diberikan dalam layanan informasi Bimbingan dan Konseling dengan judul yang sama
Sumber gambar:
Odeya Rush & Dylan Minnette dalam Film Goosebump
Post a Comment for "Cinta, Jodoh dan Remaja"